Jumat, 25 November 2011

ILMU BUDAYA DASAR : KEBUDAYAAN MUDIK LEBARAN

Di Indonesia memiliki banyak kebudayaan, salah satu yang akan saya bahas adalah kebudayaan mudik saat lebaran. Pengertian mudik itu sendiri adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia. Sebenarnya tradisi yg terjadi pada saat hari raya tidak hanya mudik saja, tetapi ada juga tradisi silahturohim ke keluarga besar dan tetangga, salam tempel, dan menyantap hidangan ketupat, dan lain sebagainya. Namun pada saat hari raya atau lebaran tersebut yg paling menonjol adalah budaya mudik. Saya pribadipun merasakan bagaimana rasanya mudik ke kampung halaman, yang seharusnya saya menempuh hanya dalam 2 jam tapi saat mudik saya dapat menempuh 5-6 jam untuk sampai ke kampung halaman saya. Pengalaman macet tersebutlah yang paling menjadi ciri khas dari mudik.

Budaya mudik merupakan susunan budaya turun temurun di Indonesia, dan seakan belum afdol rasanya, kalau tidak mudik di kala Lebaran. Menurut Ward Goodenough sebagaimana dikutip oleh Clifford Gertz dalam bukunya, Tafsir Kebudayaan mengatakan kebudayaan itu tersusun dari struktur-struktur psikologis yang menjadi sarana individu-individu atau kelompok individu-individu mengarahkan tingkah laku mereka dan terdiri dari apa saja yang harus diketahui atau dipercayai seseorang supaya dapat berjalan dengan suatu cara yang dapat diterima oleh anggota-anggotanya.
Siapapun dapat melakukan tradisi ini, baik mereka yang miskin, maupun yang kaya, baik yang tua maupun yang muda. Karena siapapun dapat terlibat dalam suatu budaya. Clifford Gertz mengatakan bahwa kebudayaan (mudik-red) itu bersifat publik.
Bagi Mahasiswa, mudik merupakan suatu kesempatan untuk bersilahturami, sungkem, mohon ampun kepada orang tua. Kekuatan maaf itu dapat memepererat tali kasih sayang dan romantisme dalam keluarga. Melalui mudik, mahasiswa mendapat kepuasan jiwa dan raga karena telah berhasil mengalahkan puasa, dan rasa lelah di perjalanan.Ini adalah momen yang tepat agar kita melakukan introspeksi diri, mawas diri, dan bertanya kepada diri kita sendiri apakah sebagai kita sudah membahagiakan orang tua? atau hanya membuat orang tua kecewa dengan perkuliahan kita?
Sangat disayangkan apabila mudik hanya dijadikan rutinitas belaka. Mudik adalah waktu untuk mengumpulkan keluarga menjadi satu sangatlah sulit oleh karena kesibukannya, apalagi yang ada di kota. Sudah saatnya mahasiswa, memaknai mudik secara mendalam dan harus benar-benar tulus jika mudik, tidak boleh ada niat untuk merendahkan orang kampung,memamerkan harta mentang-mentang sudah menjadi mahasiswa dan enggak ndeso lagi. mudik juga dapat dijadikan ajang untuk merubah persepsi masyarakat desa yang menganggap orang kota itu sombong, tinggi hati, pemboros, suka pamer. Kita pun dapat saling berbagi pengalaman hidup, khususnya hidup di kota, saling memberikan motivasi untuk maju. Sebagai mahasiswa, kita belum banyak asam garam dunia, jadi kita masih harus belajar dari yang lebih tua walau strata pendidikannya berbeda. Oleh karena itu, tidak ada gunanya, jika mudik dijadikan ajang untuk menyombongkan diri sebagai mahasiswa.




sumber :wikipedia 
              Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar