Minggu, 06 November 2011

ILMU BUDAYA DASAR: IBADAH QURBAN BUDAYA YANG HARUS DIKEMBANGKAN

                   Qurban sarat dengan muatan-muatan sosial, yang memiliki peran besar dalam mengikis jurang antara yang kaya dengan yang miskin. Ibadah yang pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail itu perlu dijadikan sebagai budaya masyarakat Indonesia, tidak terikat oleh waktu atau momen apapun, termasuk Idul Adha.
Kurban biasanya dilaksanakan pada Idul Adha yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah dan tiga hari setelahnya atau pada hari-hari tasyrik," kata Helmy Abdul Mubin.
Kebiasaan berkurban dapat dilestarikan setiap hari, karena akan berdampak positif dalam upaya mengikis kesenjangan di tengah masyarakat. "Ibadah kurban sarat dengan muatan keadilan. Yang kaya harus ingat dengan titipan rizki dari Allah SWT dengan menginfakkan sebagian hartanya kepada yang miskin. Sedangkan yang miskin akan merasakan haknya terpenuhi dan tertolong untuk bisa menyambung hidup. Itulah esensi ajaran Islam yang menyerukan keadilan dalam kehidupan," ujarnya.
                                Sementara itu cendikiawan Muslim Indonesia di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, mengecam umat Islam yang tidak melaksanakan kurban pada Idul Adha 1432 H di kawasan itu apabila sudah memiliki kemampuan membeli seekor kambing."Apabila seorang sudah memiliki kemampuan namun tidak berkurban, maka nabi mengharamkan orang tersebut untuk shalat di mesjid. Ini penegasan dari Nabi Muhammad SAW," kata ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh Barat, Dr Syamsuar Basyariah.Ia menjelaskan dalam kegiatan ibadah kurban itu terdapat tiga aspek yang menjadi dasar diwajibkan kurban bagi umat muslim yang sudah mampu walau hanya membeli seekor kambing, yakni pendidikan, sosial dan keimanan. dari sisi pendidikan kurban melatih umat muslim saling memberikan ilmu bagi keturunannya dengan giat melaksanakan ibadah, dari aspek sosial daging kurban dibagikan bagi fakir miskin sementara ujian keimanan seorang muslim diukur dari keihklasannya menyalurkan harta benda.
                       selayaknya tradisi kurban tersebut dijadikan kebudayaan bagi umat islam sehingga setiap orang yang memiliki kemampuan menjadi seorang yang bijak, adil dan taat agama. "Kurban itu mengandung berbagai aspek positif bagi seseorang dan selayaknya memang tradisi ini dijadikan kebudayaan yang lebih melekat di tengah umat islam untuk berkurban tidak hanya dapat dilakukan sendiri namun ada kemudahan dapat juga dilakukan secara bersama sehingga beban itu tidak dirasa berat. Pesan pokok dari penyembelihan binatang kurban ini, menurut pesan dari salah satu situs Islam, mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial.Disebut kesalehan ritual karena umat Islam dan mampu itu melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban juga disebut sebagai kesalehan sosial karena mempunyai dimensi kemanusiaan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban.
                            Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhuafa. Dengan disyariatkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Melaksanakan ibadah kurban tak semata ibadah yang berhubungan dengan Sang Pencipta, namun lebih bermakna sosial. "Hanya sedikit dari orang banyak yang sadar. Hanya sedikit dari orang yang sadar itu yang mau berjuang. Dan hanya sedikit dari yang berjuang itu yang mau berkurban," katanya.
Pengorbanan sesungguhnya bukan hanya harta benda, melainkan juga jiwa, raga, hati dan pikiran yang semata-mata karena Allah. Seorang yang beriman, akan memberikan sesuatu yang paling dicintainya kepada Allah SWT, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar